Sabtu, 19 November 2011

SD Berbasis IT tempat penitipan anak ?


SD/SMP IT Tempat penitipan anak
Oleh : Annisa Rahmah


“Masya Allah pak, jadi anak saya tidak pernah masuk sekolah lagi?!”
ujar seorang orang tua murid yang sebut saja namanya, Fakhi kepada Kepala Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu(SMPIT) di bilangan kota Bekasi Barat tepatnya satu bulan yang lalu. Fakhi yang setiap pagi selalu memakai seragam dan pamit kepada orang tuanya untuk bersekolah, ternyata usut punya usut anak seorang pengusaha ini, tidak pernah masuk sekolah lagi semenjak satu bulan terakhir, bahkan ia kerap kali bolos tanpa alasan yang jelas.

Sontak, kedua orangtuanya pun shock mendengar kabar tersebut. Orang tua ini  berharap ketika anaknya sudah bersekolah di SDIT, maka segalanya terkontrol. Jadi tidak perlu repot-repot lagi mengontrolnya di rumah. Tidak sedikit orang tua lain pun yang berujar demikian.  Anggapan demikian menurut Kepala sekolah salah besar. Memang sistem pengajar di SD/pun SMPIT berbeda dengan Sekolah Dasar/Negeri lain. SD/SMP IT menerapkan sistem belajar 8 jam dengan modul Islam lainnya, seperti tahfidz dan Bahasa Arab. “Sekolah berbasis IT ( Islam terpadu) ini bukanlah tempat penitipan anak, melainkan guru semaksimal mungkin memberikan arahan pendidikan dan agama yang baik kepada si murid. “ Ujar salah seorang guru Matematika SDIT yang bertempat di Bilangan Bekasi Barat.

 Fakhi adalah satu kasus dari banyaknya kasus yang mendera murid lainnya. Seperti kasus pencurian yang dilakukan murid kelas 6 SDIT yang bertempat di Kota Bekasi Barat. Sebut saja namanya Isnah.Ia kerap kali mencuri uang Guru dan teman-temannya. Sampai suatu ketika, salah seorang guru yang menaruh tasnya di UKS (Unit kesehatan Sekolah) pada Senin ( 26/9/2011) siang kehilangan uang sebesar ratusan ribu rupiah. Guru yang juga menjabat sebagai penjaga UKS ini curiga kepada Isnah yang sering kali mengunjungi UKS sendirian. Isnah pun di interogasi oleh Semua Guru beserta kepala Sekolah. Singkat cerita, Isnah pun mengakui perbuatannya, bahkan tidak  hanya uang guru yang ia “embat”, akan tetapi teman-temannya juga menjadi ladang untuk  mengeruk rupiah demi rupiah untuk sekedar jajan.

Anak adalah aset bagi orang tua. Sudah kewajiban Orang tua untuk menyekolahkan anak hingga mengenyam pendidikan Sarjana, (red : jika mampu), minimal sistem belajar 9 tahun terpenuhi bagi anak. Tapi, sekali lagi, fungsi Orang tua adalah mengontrol anak-anaknya, memberinya kasih sayang yang lebih ketika di rumah. Itulah faktor Utama supaya anak berkembang dengan baik.


2 komentar:

sherly setiawan mengatakan...

good...ditunggu terus berka-berkas lain nya ya

Annisa Rahmah mengatakan...

oke ..terima kasih :)

Posting Komentar

sok mangga atuh di isi komentarnya ..
hatur nuwun ...

 
;