Selasa, 22 November 2011 1 komentar

Melamar Anak Bill Gates "Kekuatan Negosiasi"


Ayah : "Anakku, aku ingin kamu menikah dengan wanita pilihan Ayah!"
Anak : "Maaf, Ayah! Aku hanya akan menikah dengan wanita pilihanku sendiri."
Ayah : "Tapi, Anakku, Wanita ini adalah anaknya Bill Gates..."
Anak : "Ah, Serius, Yah? Kalo gitu, Ok, deh!" 

Hari berikutnya, Sang ayah mendekati Bill Gates 

Ayah : "Saya telah memilihkan calon suami untuk anakmu..."
Bill Gates : "Tapi, anakku masih terlalu muda untuk menikah sekarang."
Ayah : "Weits, tunggu dulu. Calon yang aku pilihkan ini adalah Vice President (VP) dari Bank     Dunia."
Bill Gates : "Ah, Serius Lo?? Kalo gitu, Ok, deh!" 

Akhirnya Sang Ayah mendekati President Bank Dunia 

Ayah : "Saya memiliki seorang anak muda yang bisa dijadikan Vice President (VP) untuk kamu."
Presiden : "Oh, maaf, saya sudah memiliki banyak calon VP untuk itu."
Ayah : "Tapi kamu tidak tau, kan, Anak laki-laki ini adalah menantunya Bill Gates."
Presiden : "Ah, Serius Lo??? Kalo gitu, Ok, deh!"
0 komentar

Dibalik Gitar Butut

 Oleh : Annisa Rahmah



Jakarta – “Ngamen itu menyenangkan”, ujar seorang pengamen cilik kepadaku, Sabtu (1/10/2011) Malam di sebuah pinggiran kota Jakarta. Baru kali ini aku merasakan berinteraksi aktif dengan salah satu “musisi pinggiran” Jakarta tersebut.

Abu Abdillah, siswa kelas 2 Sekolah Menengah Kejuruan swasta di Jakarta itu tetap melanjutkan sekolah dari sekian banyak pengamen lain yang mengambil jalan Drop Out. Alasan klasik ketika kebanyakan pengamen ditanya mengapa mengambil profesi sebagai pengamen adalah mencari keuntungan rupiah semata. Akan tetapi alasan ia tidak hanya itu, melainkan juga mengasah bakat yang terpendam .

“Kenapa sih kamu gak ambil profesi sebagai loper koran atau semir sepatu saja seperti kebanyakan bocah-bocah yang lain, kan lebih besar penghasilannya?” tanyaku iseng

“Gak kak, soalnya jadi pengamen karena aku punya keahlian main gitar“ Ujarnya meyakinkan sambil sesekali menunjukkan gitar butut miliknya sembari tersenyum lebar.

Anak sulung dari dua bersaudara ini terbilang pengamen yang langka. Di saat kemiskinan menjadi bomerang bagi hidupnya, ia masih bisa berprestasi. Siswa jurusan otomotif ini mendapat peringkat 5 besar di kelasnya. Amazing. Membagi waktu antara mengamen dengan pendidikan tidaklah mudah. Ia harus berkutat mencari seribu alasan agar malam hari ia bisa keluar untuk mengamen.

Ayah nya yang sehari-hari bekerja sebagai pengantar galon tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya secara maksimal. Belum lagi ibunya yang hanya sementara ditugaskan menjadi penjaga anak orang, terbilang sangat minim pendapatannya. Sehingga naluri sebagai anak sulung harus ia gulirkan. Pagi membantu ibunya, siang sekolah, dan  malam harinya mengamen tanpa sepengetahuan ke dua orang tuanya.  Rupiah demi rupiah ia kumpulkan untuk sekedar ongkos dan makan.

Jadi seorang pengamen tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mencari beasiswa pendidikan. Kini proses beasiswa itu sedang diseleksi. Pemerintah seharusnya bertindak aktif dalam menyikapi hal ini. Bahwasanya kesejahteraan rakyat lagi-lagi menjadi prioritas utama bagi pemerintah, termasuk musisi jalanan metropolitan alias pengamen berhak mendapat perlindungan seperti pangan, papan, tindak asusila dan pelecehan seksual.
Bahkan saya juga menyenggol soal pergaulan bebas, seperti merokok, narkoba, miras yang pada dasarnya menjadi pemandangan habit kelas “ekonomi”, namun Abu berujar dengan ekspresi muka dan nada bicara yang bijak, “Insya Allah kak, do’akan semoga aku gak terjerumus kesitu supaya aku terus berprestasi sambil bawa gitar ini! “
0 komentar

PenTas SeNi : Pendidikan Menetaskan Kesenjangan Ekonomi

PenTas SeNi : Pendidikan Menetaskan Kesenjangan Ekonomi
(Oleh : Annisa Rahmah dept. Kastrad KAMMI UNJ)
“Kitong sudah dapat Otsus dengan dana yang banyak dari Pemerintah Indonesia karena kitong orang Papua minta Merdeka, tapi selama ini saya lihat kitong orang Papua yang ada di kota masih tetap susah hidup. Tidak tahu lagi dengan dong yang ada di kampung-kampung. Saya heran skali, uang yang banyak-banyak itu lari kemana kah..?”  ,  ungkap seorang pria Papua paruh baya yang kesal setelah membaca judul berita yang dimuat salah satu koran lokal di Jayapura. (1) 

Reformasi . Sungguh layaknya genderang yang tak pernah habis-habisnya di suarakan. Dielu-elukan, bahkan dijadikan kunci sogokan bagi rakyat awam. Faktanya, reformasi itu tidak sepenuhnya berjalan. Salah satu nya kepada pendidikan. Menurut Drs. Nur Kolis, MM,   reformasi kebijakan pendidikan adalah upaya perbaikan dalam tataran konsep pendidikan, perundang-undangan, peraturan dan pelaksanaan pendidikan serta menghilangkan praktik-praktik pendidikan di masa lalu yang tidak sesuai atau kurang baik sehingga segala aspek pendidikan di masa mendatang menjadi lebih baik.
Pendidikan yang seharusnya bertujuan untuk mencerdaskan bangsa, meningkatkan intelektualitas dan moral, nyatanya hal itu tidak berhasil diperjuangkan oleh pemerintah. Masih banyak rakyat jelata yang tidak bisa mengecap indahnya pendidikan bersama rekan-rekannya. Masih banyak rakyat yang belajar ditempat yang tidak memungkinkan (layak). Permasalahan ini sungguh harus secepatnya ditangani.

Problem-problem pendidikan kita semakin kompleks dan semakin sarat dengan tantangan. Kebijakan dan program-program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, nampak tidak memberi jawaban solutif terhadap permasalahan-permasalahan pendidikan yang berkembang. Dibutuhkan suatu reformasi pendidikan untuk dapat memperbaharui semua system pendidikan dan peranannya terhadap pembangunan bangsa ini. Waktu yang diperlukan tidaklah singkat. Tapi sesuatu yang aneh manakala media tidak mempublikasikan permasalahan ini, yang seharusnya bisa dituntaskan bersama-sama, justru para petinggi Negara sengaja mengalihkan perhatian kepada isu yang bukan menjadi “headline news” yang pada akhirnya membuat ke euphoria an masyarakat pada sesuatu yang tidak penting. 
Kesenjangan Ekonomi pun bermain disini. Pendidikan sampai tingkatan tertinggi ( S3) lebih banyak ada digenggaman masyarakat high class. Pemerintah tidak secara tegas memproklamirkan adanya beasiswa yang merata dan tidak sepenuhnya mengusahakan. Masih banyak terjadi ketimpangan, terutama kesetaraan pendidikan antara Indonesia bagian barat dengan timur. Pengembangan pendidikan di Indonesia bagian barat bisa dikatakan cukup lebih baik, sedangkan di timur masih jauh tertinggal padahal anggaran pendidikan dr APBN sudah naik sampai 20%.  Jadi, sudah tugas kita sebagai masyarakat yang peduli akan kesejahteraan rakyat, yang mencita-citakan Bangsa Indonesia sebagai aset berharga dalam bidang pendidikan sehingga Intelektualitas Negara ini pun disegani di kancah Dunia. Waw, its Outstanding !
Kepiluan masyarakat di tahun ini sudah seharusnya bisa memberangkatkan akses jaminan peningkatan kualitas hidup masyarakat, seperti mendapatkan pendidikan ilmiah, demokratis, dan murah dibuka lebar-lebar. Oleh karenanya, hal itu tidak lagi menjadi Keluhan bagi para orang tua yang menginginkan anaknya dapat meraih pendidikan hingga perguruan tinggi dengan biaya minim bahkan gratis. 
Kesenjangan Ekonomi harus segera dituntaskan seiring dengan dana yang mengucur banyak untuk kesehjateraan rakyat bukan bermewah-mewahan saat rakyat berteriak “Mana hak kami?!” dan tinggal menunggu bom waktu yang akan meledak tiba-tiba tanpa arah. 
Diperlukan suatu strategi pendidikan untuk membuat program pendidikan merata di seluruh tanah air, seperti :
1. Penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia
2. Pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan kembali pada masyarakat sebagai sumber daya utama juga pengguna hasil pendidikan itu sendiri.
3. Pendidikan dilakukan secara transparan dan demokratis tanpa mengurangi mutu pendidikan
4. Penyelenggaraan pendidikan yang efisien
5. Otonomi Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti yang dikatakan Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional, “Akan ada pembagian pengelolan kurikulum mata pelajaran antara pusat dengan daerah," (2)







Senin, 21 November 2011 0 komentar

~Halusinasi Puasa~


Menurut Fortinash pada tahun 1995, halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indera yang ada.
Halusinasi adalah persepsi sensoris yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend, 1998).
Itu tadi pengertian-pengertian mengenai halusinasi dan berikut ini halusinasi yang terjadi ketikan menjalani puasa. (bukan kisah nyata) 
Guru : "Udin,100x10 berapa ?"
Udin : "Serabi, pak"  
Guru : Seribu udiiiin! 
Udin : "Maap pak, laper.." 

Guru :"Udin, proses meletusnya gunung dipengaruhi oleh?" 
Udin : "Kerak telor, bu."
Guru : "Kerak bumi, diin!!!" 

Aa : "Neng kenapa sih cuek sama Aa?"  
Si eneng : "Neng benci Aa! Aa sudah mendoan!"  
Aa :"Mendua maksudnya?"
Si eneng :"Bodo!"

Emak : "Din, emak mau nyapu gudang, ambilin sapu butut gih!"  
Udin : "Demi apa emak masak sop buntut??|  
Emak : "UDIIIN!!" 

Kakak Udin : "Din, ambilkan buku dong"  
Udin : "hah? duku? "  
Kaka Udin : "Ngajak berantem nih bocah" 
Udin : "hah? sayur asem?" 

Penulis : "Halusinasi orang ketika berpuasa memang ternyata bisa bikin ketawa terpingkal-pingkal akibatnya laper"  
Pembaca : "hah? mana...lempernya"

Pembaca : "Orang yang bikin humor ini dah pada koplaaak semua!!"  
Penulis : "Hah kolak?" 
@%#!##$!^$#^$&^$^$*%&*~#%#^% 
 
0 komentar

Mengapa Aku mencintai KAMMI


Oleh : Inggar Saputra
Apa itu cinta dan mengapa ada cinta?Seorang pemikir Islam, Ibnu Qayyim menyebutkan cinta dalam banyak variasi. Baginya, cinta adalah al-mahabbah (kasih sayang), al alaqah (segumpal darah), al-hawa (nafsu, keinginan) dan ash-shabwah (kerinduan). Menjadi pertanyaan penting, mengapa aku mencintai KAMMI?

Bayi itu, KAMMI!!! 

Aku mengenalnya sebagai bayi dewasa. Dilahirkan dalam iklim reformasi 1998. Ketika itu, sang bayi muncul dalam pelukang hangat tarbiyah. Dia pelan, tapi pasti merangkak bersama jutaan masaa. Rapat akbar mahasiswa (KAMMI) dan rakyat dihadiri 20.000 orang. Pengamat politik dibungkam. Bingung mengapa ada sebuah gerakan massa yang berani menggelar agenda besar menurunkan Soeharto. Sosok penguasa Orde baru yang ditakuti.

Kecil tapi pedas, bagaikana cabai rawit. KAMMI mulai beraksi beda. Kritik kepada pemerintah disampaikan cerdas dan solutif. Tahun 1998, KAMMI merespons situasi politik dengan kompromistis. Habibie harus turun dengan cara kontitusional. Masuk tahun 2001, Gus Dur dipaksa KAMMI juga turun tahta karena tersandung kasus Bulogate dan Bruneigate. Mega berkuasa, sayang umurnya tak panjang. Akibat kebijakan tidak pro rakyat, KAMMI bersama gerakan lain menurunkan Mega.

Carilah, alasan mencintai KAMMI
Itu sedikit berita dari KAMMI. Mengapa aku mencintai KAMMI. Sungguh rasanya sulit memungkiri, ukhuwah alasan pertama. Bersama barisan KAMMI, ada kental nilai persaudaraan sebagai watak muamalah KAMMI. Ketika bertemu, mudah kita mengucapkan “Aku mencintaimu karena Allah SWT”. Pertemuan bersama saudara seiman selalu dirindukan. Pengajian pekanan, selalu menarik diperbincangkan. Karena, kader KAMMI meyakini “ ukhuwah bukan drama satu babak”. 


Ketika momentum aksi juga tidak terlupakan. Semangat anak muda tertularkan dalam medan menolak kezaliman. Teriakan orasi, debu jalanan membasuh muka, mobil sound, gebukan polisi, kibaran bendera adalah warna – warni aksi. Semua dibingkai satu semangat, semangat perlawanan yang dibalut berfikir kritis dan alasan rasional. Ada kisah sedih, ditangkap polisi. Ada kisah senang, merasakan aksi pertama kali. Semua indah untuk dikenang di masa mendatang. 


Anda mencintai aksara? KAMMI bisa berfungsi wadah tepat menuangkan kata. Di medan dakwah KAMMI, ratusan penulis berkumpul. Mereka menuangkan gagasan untuk perbaikan Indonesia mendatang. Kata demi kata menghiasi media massa lokal dan nasional. Nilai kebanggaan sulit dihilangkan ketika membuat press release, news dan menyebarkan gagasan “Muslim Negarawan”. 


Sunnatullah kehidupan, ada kegagalan dan keberhasilan. Ada ujian kenikmatan dan duka. Allah SWT menguji KAMMI dengan terbakarnya sekretariat. Cobaan yang berat, mundurkah pejuang KAMMI? Tidak. Peristiwa itu ternyata makin menebalkan ukhuwah. Sebab kolektivitas terkonstruksi dalam jalinan syahdu bertajuk “ drama kebersamaan dan kesabaran”

Kata orang, kader KAMMI ekslusif, benarkah? Fakta mengatakan, KAMMI turun ke lapangan ketika beberapa waktu lalu kebakaran di Rawamangun. Kader KAMMI, tanpa dibayar keliling kampus mengumpulkan “saweran” gempa Jogja. Masyarakat sekitar rawamangun pernah merasakan nikmat pengobatan gratis tahun 2006. Tanyakan mana pengertian ekslusif?
Masalah cinta itu selera. Bukan seperti persoalan perut yang lapar. Dia membutuhkan hati. Butuh pilihan cerdas. Ketika sudah cinta, percayalah “hidup terasa indah” seperti Cinta Muhammad SAW kepada Khadijah ra. Bagaikan kisah syahdu, Ali melakoni drama kehidupan bersama Fatimah. Seindah suka dan duka Salman Al Farisi mencari kebenaran akan siapa Tuhannya. Dan semerdu Abu Bakar yang memilih diam, menahan sakitnya akibat tersengat binatang racun demi menyelamatkan nyawa Muhammad SAW.
              

Mengepa cinta itu pilihan. Sebab siapa sangka, ada yang menemukan belahan hatinya di medan dakwah KAMMI tercinta. Siapa dia? Tanyalah pada penulisnya.





 
;