Selasa, 22 November 2011

Dibalik Gitar Butut

 Oleh : Annisa Rahmah



Jakarta – “Ngamen itu menyenangkan”, ujar seorang pengamen cilik kepadaku, Sabtu (1/10/2011) Malam di sebuah pinggiran kota Jakarta. Baru kali ini aku merasakan berinteraksi aktif dengan salah satu “musisi pinggiran” Jakarta tersebut.

Abu Abdillah, siswa kelas 2 Sekolah Menengah Kejuruan swasta di Jakarta itu tetap melanjutkan sekolah dari sekian banyak pengamen lain yang mengambil jalan Drop Out. Alasan klasik ketika kebanyakan pengamen ditanya mengapa mengambil profesi sebagai pengamen adalah mencari keuntungan rupiah semata. Akan tetapi alasan ia tidak hanya itu, melainkan juga mengasah bakat yang terpendam .

“Kenapa sih kamu gak ambil profesi sebagai loper koran atau semir sepatu saja seperti kebanyakan bocah-bocah yang lain, kan lebih besar penghasilannya?” tanyaku iseng

“Gak kak, soalnya jadi pengamen karena aku punya keahlian main gitar“ Ujarnya meyakinkan sambil sesekali menunjukkan gitar butut miliknya sembari tersenyum lebar.

Anak sulung dari dua bersaudara ini terbilang pengamen yang langka. Di saat kemiskinan menjadi bomerang bagi hidupnya, ia masih bisa berprestasi. Siswa jurusan otomotif ini mendapat peringkat 5 besar di kelasnya. Amazing. Membagi waktu antara mengamen dengan pendidikan tidaklah mudah. Ia harus berkutat mencari seribu alasan agar malam hari ia bisa keluar untuk mengamen.

Ayah nya yang sehari-hari bekerja sebagai pengantar galon tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya secara maksimal. Belum lagi ibunya yang hanya sementara ditugaskan menjadi penjaga anak orang, terbilang sangat minim pendapatannya. Sehingga naluri sebagai anak sulung harus ia gulirkan. Pagi membantu ibunya, siang sekolah, dan  malam harinya mengamen tanpa sepengetahuan ke dua orang tuanya.  Rupiah demi rupiah ia kumpulkan untuk sekedar ongkos dan makan.

Jadi seorang pengamen tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mencari beasiswa pendidikan. Kini proses beasiswa itu sedang diseleksi. Pemerintah seharusnya bertindak aktif dalam menyikapi hal ini. Bahwasanya kesejahteraan rakyat lagi-lagi menjadi prioritas utama bagi pemerintah, termasuk musisi jalanan metropolitan alias pengamen berhak mendapat perlindungan seperti pangan, papan, tindak asusila dan pelecehan seksual.
Bahkan saya juga menyenggol soal pergaulan bebas, seperti merokok, narkoba, miras yang pada dasarnya menjadi pemandangan habit kelas “ekonomi”, namun Abu berujar dengan ekspresi muka dan nada bicara yang bijak, “Insya Allah kak, do’akan semoga aku gak terjerumus kesitu supaya aku terus berprestasi sambil bawa gitar ini! “

0 komentar:

Posting Komentar

sok mangga atuh di isi komentarnya ..
hatur nuwun ...

 
;