Senin, 21 November 2011

Mengapa Aku mencintai KAMMI


Oleh : Inggar Saputra
Apa itu cinta dan mengapa ada cinta?Seorang pemikir Islam, Ibnu Qayyim menyebutkan cinta dalam banyak variasi. Baginya, cinta adalah al-mahabbah (kasih sayang), al alaqah (segumpal darah), al-hawa (nafsu, keinginan) dan ash-shabwah (kerinduan). Menjadi pertanyaan penting, mengapa aku mencintai KAMMI?

Bayi itu, KAMMI!!! 

Aku mengenalnya sebagai bayi dewasa. Dilahirkan dalam iklim reformasi 1998. Ketika itu, sang bayi muncul dalam pelukang hangat tarbiyah. Dia pelan, tapi pasti merangkak bersama jutaan masaa. Rapat akbar mahasiswa (KAMMI) dan rakyat dihadiri 20.000 orang. Pengamat politik dibungkam. Bingung mengapa ada sebuah gerakan massa yang berani menggelar agenda besar menurunkan Soeharto. Sosok penguasa Orde baru yang ditakuti.

Kecil tapi pedas, bagaikana cabai rawit. KAMMI mulai beraksi beda. Kritik kepada pemerintah disampaikan cerdas dan solutif. Tahun 1998, KAMMI merespons situasi politik dengan kompromistis. Habibie harus turun dengan cara kontitusional. Masuk tahun 2001, Gus Dur dipaksa KAMMI juga turun tahta karena tersandung kasus Bulogate dan Bruneigate. Mega berkuasa, sayang umurnya tak panjang. Akibat kebijakan tidak pro rakyat, KAMMI bersama gerakan lain menurunkan Mega.

Carilah, alasan mencintai KAMMI
Itu sedikit berita dari KAMMI. Mengapa aku mencintai KAMMI. Sungguh rasanya sulit memungkiri, ukhuwah alasan pertama. Bersama barisan KAMMI, ada kental nilai persaudaraan sebagai watak muamalah KAMMI. Ketika bertemu, mudah kita mengucapkan “Aku mencintaimu karena Allah SWT”. Pertemuan bersama saudara seiman selalu dirindukan. Pengajian pekanan, selalu menarik diperbincangkan. Karena, kader KAMMI meyakini “ ukhuwah bukan drama satu babak”. 


Ketika momentum aksi juga tidak terlupakan. Semangat anak muda tertularkan dalam medan menolak kezaliman. Teriakan orasi, debu jalanan membasuh muka, mobil sound, gebukan polisi, kibaran bendera adalah warna – warni aksi. Semua dibingkai satu semangat, semangat perlawanan yang dibalut berfikir kritis dan alasan rasional. Ada kisah sedih, ditangkap polisi. Ada kisah senang, merasakan aksi pertama kali. Semua indah untuk dikenang di masa mendatang. 


Anda mencintai aksara? KAMMI bisa berfungsi wadah tepat menuangkan kata. Di medan dakwah KAMMI, ratusan penulis berkumpul. Mereka menuangkan gagasan untuk perbaikan Indonesia mendatang. Kata demi kata menghiasi media massa lokal dan nasional. Nilai kebanggaan sulit dihilangkan ketika membuat press release, news dan menyebarkan gagasan “Muslim Negarawan”. 


Sunnatullah kehidupan, ada kegagalan dan keberhasilan. Ada ujian kenikmatan dan duka. Allah SWT menguji KAMMI dengan terbakarnya sekretariat. Cobaan yang berat, mundurkah pejuang KAMMI? Tidak. Peristiwa itu ternyata makin menebalkan ukhuwah. Sebab kolektivitas terkonstruksi dalam jalinan syahdu bertajuk “ drama kebersamaan dan kesabaran”

Kata orang, kader KAMMI ekslusif, benarkah? Fakta mengatakan, KAMMI turun ke lapangan ketika beberapa waktu lalu kebakaran di Rawamangun. Kader KAMMI, tanpa dibayar keliling kampus mengumpulkan “saweran” gempa Jogja. Masyarakat sekitar rawamangun pernah merasakan nikmat pengobatan gratis tahun 2006. Tanyakan mana pengertian ekslusif?
Masalah cinta itu selera. Bukan seperti persoalan perut yang lapar. Dia membutuhkan hati. Butuh pilihan cerdas. Ketika sudah cinta, percayalah “hidup terasa indah” seperti Cinta Muhammad SAW kepada Khadijah ra. Bagaikan kisah syahdu, Ali melakoni drama kehidupan bersama Fatimah. Seindah suka dan duka Salman Al Farisi mencari kebenaran akan siapa Tuhannya. Dan semerdu Abu Bakar yang memilih diam, menahan sakitnya akibat tersengat binatang racun demi menyelamatkan nyawa Muhammad SAW.
              

Mengepa cinta itu pilihan. Sebab siapa sangka, ada yang menemukan belahan hatinya di medan dakwah KAMMI tercinta. Siapa dia? Tanyalah pada penulisnya.





0 komentar:

Posting Komentar

sok mangga atuh di isi komentarnya ..
hatur nuwun ...

 
;